Minggu pagi, seperti biasa Alerta cilik mengikuti rutinitas Bundanya
untuk beribadah. Kali ini tempatnya lain lantaran belum ada seminggu Alerta pindah rumah. Sebetulnya Alerta enggan lantaran ia tak boleh berlari-larian
seperti anak-anak kecil lainnya. Bunda berdalih kalau Alerta sudah bukan
kanak-kanak lagi, cukup besar karena sudah masuk sekolah dasar.
Di depan pintu masuk rumah ibadah, lima orang berdiri
berjajar menyambut siapapun yang datang sembari mengulurkan tangan untuk
bersalaman. Mereka juga menunjukkan tempat duduk yang masih kosong manakala
orang yang datang tampak kebingungan. Ketika Alerta masuk, salah satu dari
kelima orang tadi membungkuk dan berbicara kepada Alerta. Seorang lelaki tua
dengan rambut lurus sebahu dan mulai beruban. Rasa-rasanya cocok apabila
dipanggil kakek oleh anak-anak seusia Alerta.
“Adik sudah kelas berapa?” tanya si lelaki tua.
“Kelas satu SD,” jawab Alerta malu-malu.
“Oh, masih SD. Ikut sekolah Minggu saja sama teman-teman
yang lain,” ujar si lelaki tua lagi. Alerta memalingkan pandangan pada Bunda,
berharap diperbolehkan, meski Alerta belum pernah ikut sekolah Minggu sebelumnya. Berbaur dengan sesama anak-anak terdengar lebih menarik.
“Boleh... Silakan saja,” kata Bunda. Dalam hati, Bunda
bersyukur karena ibadahnya bisa jadi lebih khusyuk dan Alerta bisa mendapat
teman baru. Alerta langsung sumringah. Si lelaki tua lantas melambaikan tangan
pada seorang biarawati di sudut gereja yang lantas menghampiri Alerta dan
menyapanya.
“Selamat pagi. Siapa namanya?” tanya si biarawati sambil mengusap
rambut Alerta.
“Alerta, tante...” sahut Alerta
“Panggil suster, sayang,” kata Bunda menahan geli.
“Tapi, Bunda... Di sini kan
bukan rumah sakit? Kok dipanggil
suster?” Alerta tak paham.
“Sini, Alerta ikut sama suster. Nanti kita bisa main sama
teman-teman seumuran,” bujuk si biarawati. Mendengar kata main, Alerta langsung
bersemangat. Kakinya berjingkat, mengikuti si biarawati sembari melambaikan
tangan pada Bunda. Mereka menuju ke sebuah ruangan dengan karpet merah terhampar. Letaknya tak sebegitu jauh dari lokasi parkir mobil. Di ruangan tersebut tampak belasan anak-anak, mulai dari yang masih canggung berjalan, hingga yang sudah fasih berlarian seperti Alerta.
"Alerta sudah pernah ikut sekolah Minggu?" tanya si biarawati manakala kaki mereka telah menginjak karpet merah. Pertanyaannya lantas disambut gelengan kepala Alerta.
"Belum sus. Tapi... ini sekolah? Hari Minggu katanya untuk istirahat?" tanya Alerta polos.
(Bersambung)
Comments
Post a Comment