Pukul
setengah tiga, lewat tengah malam. Terlalu pagi untuk dikatakan malam, namun
terlalu gelap untuk disebut pagi. Bahkan mataharipun belum menunjukkan
tanda-tanda eksistensinya.
Aku
masih berada di jalanan. Jalanan beraspal yang menghitam karena sisa-sisa basahnya
hujan. Jalanan yang sepi, sunyi senyap tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Melaju
tanpa terburu ke satu tujuan. Sebuah bangunan yang mereka beri julukan sebagai
rumah. Bangunan yang konon merupakan tempat melepas lelah dengan waktu tempuh sekitar
duapuluh menit dengan kecepatan sedang dari tempat motorku berada saat ini. Di sebuah persimpangan jalan
dengan lampu merah yang baru sekian detik lalu berwarna hijau. Hanya ada aku dan seorang perempuan yang
sepertinya masih muda.
“Mau
kearah mana, mbak?” perempuan itu bertanya kepadaku. Siapa lagi yang
ditanya kalau bukan aku. Toh di sisi
lain persimpangan tidak tampak ada manusia lain sehingga lampu merah tersebut
begitu menggoda untuk diterobos.
“Lurus,
mbak. Ke arah utara.” jawabku sekenanya. Aku masih bisa melihat make up nya yang agak tebal meski
terlihat samar .Penglihatanku tidak
maksimal karena gelap.
“Wah,
searah. Barengan ya. Kok baru pulang? Dari mana?”
“Ini
barusan kelar acara kampus. Mbaknya sendiri
darimana?”
“Pulang
kerja.”
“Ooh.”
Lampu
berubah hijau. Pembicaraan kami terhenti. Jujur, aku sudah biasa pulang pagi.
Comments
Post a Comment