Skip to main content

Antara Malam dan Pagi



Pukul setengah tiga, lewat tengah malam. Terlalu pagi untuk dikatakan malam, namun terlalu gelap untuk disebut pagi. Bahkan mataharipun belum menunjukkan tanda-tanda eksistensinya.
Aku masih berada di jalanan. Jalanan beraspal yang menghitam karena sisa-sisa basahnya hujan. Jalanan yang sepi, sunyi senyap tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Melaju tanpa terburu ke satu tujuan. Sebuah bangunan yang mereka beri julukan sebagai rumah. Bangunan yang konon merupakan tempat melepas lelah dengan waktu tempuh sekitar duapuluh menit dengan kecepatan sedang dari tempat motorku  berada saat ini. Di sebuah persimpangan jalan dengan lampu merah yang baru sekian detik lalu berwarna hijau.  Hanya ada aku dan seorang perempuan yang sepertinya masih muda.
“Mau kearah mana, mbak?” perempuan itu bertanya kepadaku. Siapa lagi yang ditanya  kalau bukan aku. Toh di sisi lain persimpangan tidak tampak ada manusia lain sehingga lampu merah tersebut begitu menggoda untuk diterobos.
“Lurus, mbak. Ke arah utara.” jawabku sekenanya. Aku masih bisa melihat make up ­nya yang agak tebal meski terlihat samar .Penglihatanku  tidak maksimal karena gelap.
“Wah, searah. Barengan ya. Kok baru pulang? Dari mana?”
“Ini barusan kelar acara kampus. Mbaknya sendiri darimana?”
“Pulang kerja.”
“Ooh.”
Lampu berubah hijau. Pembicaraan kami terhenti. Jujur, aku sudah biasa pulang pagi.

Comments

Popular posts from this blog

Peninggalan-Peninggalan Menyebalkan Pernah Saya Temui Di Jamban

Photo by  Gabor Monori  on  Unsplash Semenjak masih bocah, kita semua tentu sepaham bahwa kebutuhan pokok sebagai manusia terdiri dari tiga hal: sandang, papan, serta pangan. Namun demikian, ada satu hal yang tak kalah esensial untuk dikategorikan sebagai kebutuhan, yakni: buang hajat! Agar lebih enak diucapkan, saya lebih memilih untuk merangkum kebutuhan pokok plus-plus ini sebagai : sandang, papan, pangan, dan jamban. Biar apa? Biar enak dibaca saja, begitu. Sebetulnya, dalam istilah biologi, pengeluaran atau pembuangan ampas hasil metabolisme tubuh lebih sesuai apabila disebut ekskresi. Ekskresi sendiri bukan melulu merujuk pada buang air besar atau buang air kecil saja, melainkan juga pembuangan zat-zat seperti karbon dioksida, urea, racun, dan sebagainya. Zat-zat ini memang dapat ditemui pada feses maupun urin yang senantiasa kita keluarkan dengan penuh kelegaan itu. Baik feses (alias tokai) maupun urin (alias pipis) tentu perlu dikeluarkan di tempat y...

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...