Hanya aku dan motorku, berkelana
entah sampai kemana. Menjelajah ke setiap celah tanpa lelah. Mencari jalan
dengan logika. Tak perlu hapal nama jalan, tak butuh tahu dengan tepat sebuah
alamat. Bagiku inilah esensi dari
kelayapan. Bukan sekadar mengenai tujuan, namun lebih kepada menikmati
perjalanan. Setelah sekian lama tak merasakan ketenangan diantara ramainya
jalanan. Ketenangan yang hanya bisa
kuraih ketika benar-benar tengah sendirian dalam kerumunan. Aku dan motor matic
yang pasti juga merasa rindu untuk menderu ketika kupacu.
Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan. Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan, Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri. Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.
Comments
Post a Comment