Hanya aku dan motorku, berkelana
entah sampai kemana. Menjelajah ke setiap celah tanpa lelah. Mencari jalan
dengan logika. Tak perlu hapal nama jalan, tak butuh tahu dengan tepat sebuah
alamat. Bagiku inilah esensi dari
kelayapan. Bukan sekadar mengenai tujuan, namun lebih kepada menikmati
perjalanan. Setelah sekian lama tak merasakan ketenangan diantara ramainya
jalanan. Ketenangan yang hanya bisa
kuraih ketika benar-benar tengah sendirian dalam kerumunan. Aku dan motor matic
yang pasti juga merasa rindu untuk menderu ketika kupacu.
Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban. Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...
Comments
Post a Comment