Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2013

Last year as teenager

Hey-hoo kalian anak-anak ’94 yang sudah melepaskan umur delapanbelas tahun kalian J (surprising) cake dari temen SMA                      Tidak terasa tengah semester dua sudah lewat dan saya semakin merasa terbiasa dengan rutinitas yang saya jalani sekarang. Terlebih saya sudah resmi melewati umur sembilanbelas, tepatnya sembilanbelas lebih limabelas hari pada hari ini. Sembilanbelas, makin dekat ke duapuluh. Yeah, this is our last year as teenager dear . Semoga makin dekat dengan kedewasaan ya .  Anyway, ini ulangtahun pertama saya sebagai anak kuliahan  dengan segala hal-hal baru yang saya alami :p             Ulangtahun saya jatuh pada bulan ini, april. Entah takdir, Cuma kebetulan, atau entah apapun itu, saya merasa punya kedekatan khusus dengan bulan April. Entah kenapa, bulan april selalu menjadi bulan yang paling tidak ...

In the Name of Name

“Apalah arti sebuah nama”, demikian kutipan tentang nama yang sering saya dengar sedari kecil entah dari mana atau dari siapa. Klise, lawas, dan sampai sekarang saya masih belum yakin mengenai makna dalam kutipan tersebut karena memang saya tidak begitu paham asal muasalnya. Mungkin suatu nama tidak sebegitu berarti apabila diperbandingkan dengan suatu rupa. Bisa jadi. Nama adalah doa , sering juga kita mendengar istilah semacam ini. Karena memang suatu nama dirangkai sedemikian rupa, entah itu terdiri dari hanya satu kata, atau beberapa kata. Entah gabungan nama orangtua, atau nama orang yang sudah dikenal sebelumnya. Bahkan nama orang yang hanya terdiri dari satu kata saja juga punya tujuan. Agar cepat saat mengisi data ujian misalnya. Intinya, dalam rangkaian beberapa kata selalu ada harapan yang tersirat maupun tersurat. Harapan mengenai hal yang baik tentu saja. Terlepas dari harapan yang terkandung dalam sebuah nama, secara pribadi saya merasa ada kekuatan da...

Silau

Diluar hujan masih mengguyur dengan teratur. Kilat menyambar, segalanya tampak terang sesaat. Petir menggelegar, memecah suara rintik hujan yang kian deras. Hari sudah petang, dan Abigail sedang berada di dalam rumah kecilnya seorang diri. Segalanya hanya tampak remang-remang. Hanya ada sebuah lampu meja dengan warna krem yang menjadi sumber penerangan. Di luar suara hujan masih terdengat teratur dan berirama. Tidak makin cepat, atau makin lambat. Kilat kembali menyambar, seketika segalanya  gelap. Gelap segelap-gelapnya, seperti saat kita sedang tidur dan menutup mata rapat-rapat karena  lampu meja yang tadinya menyala juga ikut padam bersama dengan kilatan yang baru saja lewat. Lampu-lampu indikator pada barang-barang elektronik lain juga ikut padam. Abigail meraba dalam kegelapan yang nyata. Tangannya menelusur ranjang dan perabotan, mencari telepon selularnya yang paling tidak bisa menjadi sumber cahaya sementara. Setelah ketemu, barulah Abby ingat pada sebatang...