Skip to main content

Anak baik-baik

Hari ini hari minggu. Diana pergi beribadah bersama kedua orangtuanya. Mereka hanya bertiga, karena kebetulan anak pertama dari suami ibunya Diana belum kembali dari pengembaraannya. Ya sudah, mau bagaimana lagi. Toh kesempatan semacam ini langka, sangat jarang terjadi.Jarang sekali.

Kali ini Diana menjadi anak baik-baik. Duduk ditengah, diantara papa dan mamanya. Duduk manis, tenang tanpa banyak bicara. Tidak berceloteh mengenai kelakuan orang-orang di sekitarnya. Seperti sosok anak idaman, tidak tertarik untuk berlarian seakan tidak punya teman. Seakan hanya ada papa dan mamanya yang dia kenal. Tidak berisik ataupun mengkritik, hanya sesekali membalas bacaan serta doa yang memang butuh balasan. Patuh, tidak banyak mengeluh, meski dalam isi kepalanya mengembara , berkelana sampai jauh.Siapa peduli? Lagipula yang dilihat para manusia sekitarnya hanyalah raga. Raga yang duduk manis, diam, dan tidak berisik. Yah, sekali-sekali tak apalah. Toh Diana jarang bisa dan mau begini. Jarang sekali. 


Comments

Popular posts from this blog

Peninggalan-Peninggalan Menyebalkan Pernah Saya Temui Di Jamban

Photo by  Gabor Monori  on  Unsplash Semenjak masih bocah, kita semua tentu sepaham bahwa kebutuhan pokok sebagai manusia terdiri dari tiga hal: sandang, papan, serta pangan. Namun demikian, ada satu hal yang tak kalah esensial untuk dikategorikan sebagai kebutuhan, yakni: buang hajat! Agar lebih enak diucapkan, saya lebih memilih untuk merangkum kebutuhan pokok plus-plus ini sebagai : sandang, papan, pangan, dan jamban. Biar apa? Biar enak dibaca saja, begitu. Sebetulnya, dalam istilah biologi, pengeluaran atau pembuangan ampas hasil metabolisme tubuh lebih sesuai apabila disebut ekskresi. Ekskresi sendiri bukan melulu merujuk pada buang air besar atau buang air kecil saja, melainkan juga pembuangan zat-zat seperti karbon dioksida, urea, racun, dan sebagainya. Zat-zat ini memang dapat ditemui pada feses maupun urin yang senantiasa kita keluarkan dengan penuh kelegaan itu. Baik feses (alias tokai) maupun urin (alias pipis) tentu perlu dikeluarkan di tempat y...

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2