Hari ini, atas nama keseloan , saya menemani sepupu saya nonton film. Seperti yang sudah-sudah, kami biasanya memilih untuk nonton di amplas, sekalian makan dan jalan-jalan. Dan lagi-lagi seperti yang sudah-sudah, setiap ke amplas kami selalu menyempatkan diri membeli roti yang dikenal dengan roti b (sebut saja begitu) . Setahu saya, kalau di Jogja roti ini cuma ada di amplas, tepatnya lantai paling bawah, disamping toko obat . Memang ada sih roti yang jadi kloningan roti ini di malioboro mall, tapi rasanya tidak seenak roti b yang saya kenal.
Saya lupa kapan tepatnya saya mengenal roti ini. Tapi, sesuai namanya, roti ini mengingatkan saya pada sesosok anak laki-laki kecil lucu dengan pipi gembul yang menggemaskan dan gigit-able. Roti b memiliki aroma yang khas serta lapisan luar yang renyah beraroma kopi dengan rasa yang pas, setidaknya bagi saya. Rasa bagian dalamnya juga khas dan membuat satu gigitan atau bahkan satu biji roti b ini tidak cukup bagi saya, sesuai dengan taglinenya. Tapi, entah ini hanya perasaan saya saja atau efek dari kopi hitam tanpa gula yang saya nikmati bersama roti b siang tadi, sepertinya roti b yang saya beli berbeda dengan biasanya. Saya tidak mendapatkan sensasi renyah seperti yang saya rasakan. Saya curiga, mungkin si bocah laki-laki kecil lucu dengan pipi gembul yang menggemaskan dan gigit-able itu tadi sedang bertumbuh menuju dewasa. Atau dengan kata lain, roti b sedang ada pada tahap remaja karena memang remaja dikenal berkepribadian labil dan cenderung belum konsisten dengan jati dirinya. Tapi saya berharap roti b tetap menjadi sosok bocah laki-laki kecil lucu dengan pipi gembul yang menggemaskan dan gigit-able itu tadi. Kalau roti b sudah menjadi dewasa, entahlah bagaimana rasanya. Saya juga berharap semoga perubahan rasa ini hanya sekadar perasaan saya saja.
Comments
Post a Comment