Pagi ini pakaianku sudah rapi. Kemeja putih ditemani rok kotak-kotak dan sepatu putih, seragam hari ini. Dan untuk kesekian kali aku datang lagi ke bangunan itu. Bangunan yang selalu ku kunjungi selama tigakali tigaratus enampuluh lima hari, dikurangi libur tentunya. Bertemu manusia-manusia senasib yang selama kurun waktu yang kurang lebih sama menjalani rutinitas yang serupa. Mereka masih tampak sama dengan senyum yang melengkung di bibir mereka masing-masing. Ada sedikit kecemasan tersirat dalam pandangan mata mereka.
Kami dikumpulkan di aula, mendengarkan hal-hal praktis dan petuah, selanjutnya menuju kelas masing-masing. Ruangan kelas yang terakhir kami tempati. Amplop dibagikan. Wali kelas mengingatkan, apabila berhasil, tengoklah kiri-kanan, jangan langsung bersorak kegirangan.
"Lihatlah sekitar, apakah kalian berhasil bersama ataukah tidak."
Hening meliputi kelas kami. Terdengar sorakan dari kelas sebelah. Kami membuka amplop masing-masing. Beberapa bersorak, tapi aku masih diam mengamati wajah-wajah mereka satu persatu. Ada beberapa dari mereka yang mendapat amplop kosong. Segala keriuhan yang muncul mereda. Berganti rasa cemas atas nama solidaritas. Beberapa pelupuk tampak basah. Isak tangis terdengar. Ada yang tampak kebingungan, menghadapi amplop kosong ditangannya.
"Bagi kalian yang merasa isi amplopnya berbeda, silakan kedepan" wali kelas kembali bicara.
Beberapa orang maju, kembali menerima amplop dengan ukuran yang berbeda dan membukanya. Ternyata kami lulus semua. Sayonara.
Comments
Post a Comment