Senja
beranjak, petang menjelang. Di luar tampak
gerimis yang sepertinya tidak berkesudahan. Namun tekadku untuk keluar rumah
sudah bulat. Gerimis yang bisa saja mengganas menjadi hujan bukan alasan untuk
tidak pergi sore ini. Kudengar adzan maghrib berkumandang. Kuputuskan untuk
menunggunya berlalu, baru kemudian aku mengenakan jas hujanku, menyalakan motorku baru kemudian meluncur ke
jalanan.Kali ini aku punya tujuan, bukan sekedar keluyuran tanpa alasan. Aku
ingin menonton pertunjukan musik yang kebetulan letaknya tidak sebegitu jauh
dari tempat yang kupanggil rumah. Selain gratis, event besar macam ini memang
sangat sayang untuk dilewatkan.
Jalanan
cukup sepi. Sepertinya para manusia lainnya tengah enggan berurusan dengan
aspal yang basah dan lebih memilih kenyamanan di pernaungan mereka
masing-masing. Aku masih mengendarai motorku tak terlalu merasa terburu. Aspal
yang masih basah cukup licin terguyur hujan yang menggerims mencegah niatku
untuk mempercepat laju motorku. Tidak ngebut
, tidak lambat. Kecepatan yang cukup ideal untuk menikmati hujan gerimis di
jalanan.
Tempat
tujuanku tak jauh lagi. Tinggal melewati satu belokan yang agak menanjak di pertigaan
dengan jalan yang tidak terlalu lebar. Dan dengan sedikit hambatan kemacetan,
aku sudah tiba di parkiran, kemudian berjalan di tempat diadakannya pertunjukan
musik tersebut.
Aku
berjalan sendirian menuju salahsatu diantara beberapa panggung yang tersedia.
Aku tidak takut. Wilayah ini dipenuhi ratusan orang. Orang-orang yang sebagian besar tidak kukenal. Jadi,
untuk apa takut. Toh jika aku menunjukkan gelagat ketakutan, tentu aku malah
akan tampak sebagai perempuan lemah yang tanpa perlindungan.Oke, aku memang
tanpa perlindungan, tapi aku bukan perempuan lemah. Atau paling tidak aku
menyelubunginya dengan tingkahku yang songong.Karena
orang memang cenderung percaya dengan apa yang mereka lihat dengan mata.
Comments
Post a Comment