Di sebuah hutan rimba rimbun berembun, hiduplah sekawanan badak. Ada badak bercula satu dan ada badak bercula tiga. Meskipun memiliki jumlah cula yang berbeda, mereka tetap hidup aman, nyaman, tenteram, damai, dan bahagia. Mereka hidup berdampingan dan saling membantu karena selain mengenai jumlah cula, secara fisik mereka memang serupa. Mata, bibir, telinga, serta kaki mereka letaknya sama. Jumlahnya juga sama.
Suatu hari, sekumpulan badak jantan muda sedang mengobrol di burjonan. Mereka terdiri dari badak bercula satu dan badak bercula tiga. Seperti badak-badak muda pada umumnya, mereka membicarakan mengenai badak betina karena beberapa dari para badak jantan muda tersebut belum punya pasangan. Padahal beberapa tahun lagi mereka akan memasuki usia perkawinan. Badak jantan muda yang sudah punya pasangan kemudian memutuskan memperkenalkan badak-badak betina muda teman pasangan mereka.
Singkat cerita, sekumpulan badak jantan muda dipertemukan dengan sekumpulan badak betina yang juga muda. Beberapa dari mereka saling tertarik dan jalan bersama. Diantaranya ada badak jantan muda bernama Raka dan badak betina muda bernama Kara. Bisa dibilang mereka cocok. Usia mereka hampir sama dan mereka juga sama-sama suka nongkrong di burjonan. Sayangnya, Raka merupakan badak bercula tiga, sementara Kara adalah badak bercula satu. Sayang... karena meskipun mereka hidup aman, nyaman, tenteram, damai, dan bahagia, dan samasekali tidak pernah terlibat pertengkaran, perselisihan dan sebangsanya, ada suatu keyakinan yang mengatakan bahwa badak bercula satu tidak boleh menikah dengan badak bercula tiga. Keyakinan tersebut sudah ada dari jaman dahulu kala, ketika hutan rimba rimbun masih berupa tanah tandus yang belum dihantam meteor yang membawa air ke planet dimana hutan rimba rimbun berada. Konon kabarnya, apabila badak bercula satu menikah dengan badak bercula tiga, keturunan badak akan musnah. Tidak akan ada lagi badak bercula satu atau badak bercula tiga. Yang ada hanya badak bercula dua. Cula yang lebih pantas disebut tanduk karena berada di kiri dan kanan kepala. Dan apabila selanjutnya terjadi perkawinan antara keturunan badak bercula dua, bertanduk, maka anak mereka nantinya akan tidak memiliki cula. Generasi badak akan punah dari dunia, bahkan semesta, karena kalau badak tidak bercula, apa namanya? Maka tidak ada badak bercula satu yang berani menikahi badak bercula tiga, dan tidak ada badak bercula tiga yang menikahi badak bercula satu. Keyakinan inilah yang membuat Kara dan Raka menjadi bimbang dengan kelanjutan hubungan mereka. Suatu malam sunyi senyap nan redup, Raka memutuskan untuk menemui Kara di burjonan duapuluhempat jam langganan mereka.
"Kara, aku kudu piye?" (Kara, aku harus gimana?) tanya Raka.
"Lakoni sik waelah..." (Jalani dulu sajalah...) jawab Kara
"Gimana nek kita temenan dulu aja.. Nggak ngerti sampe kapan tapi." Raka menawarkan
"Sakarepmu waelah... Aku juga bingung kedepannya meh gimana." (terserah kamu sajalah... Aku juga bingung kedepannya mau bagaimana) kata Kara
Mereka terdiam seketika, mulanya hanya sesaat dan kemudian berlanjut dalam waktu yang lama sehingga diamnya mereka tidak lagi sesaat. Mereka tetap begini, jalan bersama dan melupakan perbedaan jumlah cula yang bisa jadi akan menuai masalah di kemudian hari nantinya. Sampai suatu hari Kara menemui Raka di burjonan yang sama.
"Bagaimana kalau kita operasi saja?" tanya Kara pada Raka
"Operasi bagaimana maksudmu?" Raka balik bertanya
"Operasi cula.. semacam operasi plastik gitu. Lagi trend nih katanya." kata Kara
"Aku rasa tidak semudah itu, Kara. Ini bukan hanya tentang cula. Bukan hanya aku mengurangi apa yang kupunya, atau kamu menambah apa yang tidak kamu punya. Bukan perkara mengurangi atau menambah cula kita. Yang membuat kita tidak bisa dipersatukan sebenarnya ada dari dalam diri kita sendiri. Turun temurun dari nenek moyang kita. Kalaupun jumlah cula kita berubah, nasib anak kita kelak tetap tidak akan bisa berubah. Mereka bukan lagi menjadi badak bercula. Terlebih anak cucu kita nanti tidak akan diakui sebagai Badak." Raka menjelaskan panjang lebar. Kara hanya bisa terdiam, kehilangan kata-kata. Entah sampai kapan mereka begini. Mungkin sampai mereka menemukan badak pasangan pengganti dengan jumlah cula yang sama.
Comments
Post a Comment