Aku sedang menuliskan sebuah cerita. Sebut saja cerita sedang. Cerita ini bukan mengenai sesuatu yang sedang aku lakukan, karena seperti yang aku bilang sebelumnya, aku sedang menulis cerita. Oke, mungkin memang tulisanku terdengar seakan aku menceritakan bahwa aku sedang menuliskan sebuah cerita tentang seseorang yang tengah menulis sebuah cerita dan seterusnya. Tapi, aku memang menuliskan cerita sedang. Cerita yang terlalu panjang untuk diceritakan dalam waktu singkat, namun terlalu pendek untuk disebut cerita panjang. Tentu bukan cerita dalam tulisan ini yang aku maksudkan.
Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban. Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...
Comments
Post a Comment