Aku sedang menuliskan sebuah cerita. Sebut saja cerita sedang. Cerita ini bukan mengenai sesuatu yang sedang aku lakukan, karena seperti yang aku bilang sebelumnya, aku sedang menulis cerita. Oke, mungkin memang tulisanku terdengar seakan aku menceritakan bahwa aku sedang menuliskan sebuah cerita tentang seseorang yang tengah menulis sebuah cerita dan seterusnya. Tapi, aku memang menuliskan cerita sedang. Cerita yang terlalu panjang untuk diceritakan dalam waktu singkat, namun terlalu pendek untuk disebut cerita panjang. Tentu bukan cerita dalam tulisan ini yang aku maksudkan.
Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan. Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan, Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri. Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.
Comments
Post a Comment