Hari ini, hari kamis, hari libur. Bukan hal yang istimewa bagi saya karena memang semester ini saya hanya kuliah dari hari senin sampai rabu. Yang menjadikan hari kamis ini berbeda adalah ibu saya juga libur, jadilah kami merencanakan untuk kelayapan, jalan-jalan, belanja, yah.. hal-hal membahagiakan bagi perempuan kebanyakan. Biasanya kami jalan-jalan berdua , tapi karena kebetulan orang rumah semuanya libur, semua manusia penghuni rumah akhirnya ikut serta. Jadilah, dua perempuan dan dua laki-laki pergi berbelanja. Mungkin lebih tepatnya hanya saya dan ibu yang berbelanja. Sayangnya kelayapan kali ini tidak semenyenangkan biasanya karena tidak bisa berlama-lama.
Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban. Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...
Comments
Post a Comment