Skip to main content

Adegan yang banyak ditemui di film/serial horror

Saya memang bukan tipe orang yang suka sengaja meluangkan waktu buat nonton film, tapi nonton film kalau ada waktu luang alias selo. Jadi ceritanya belum lama ini saya nonton sebuah film horror yaitu Women in Black yang diperankan oleh pemeran utama dalam film Harry Potter. Sosok hantu yang ada di dalam film ini -perempuan berpakaian kuno serba hitam- mengingatkan saya pada film lain yang pernah saya tonton di televisi yaitu Insidious. Kemudian saya sadar beberapa adegan dalam film horror yang pernah saya tonton ternyata memiliki adegan yang mirip alias banyak ditemui dalam film-film atau tontonan dengan genre tersebut.  Berikut beberapa adegan tersebut.

1. Knop pintu bergerak

Knop pintu bergerak. Bukan cuman di film horror, sebenernya adegan semacam ini juga bisa ditemui dalam tontonan-tontonan dengan unsur kejar-kejaran atau petak umpet. Kalau di film horror biasanya dengan setting suasana remang-remang minim cahaya dan diiringi musik mencekam. Selain itu biasanya pemeran (yang bukan jadi setan tentunya) menatap ke arah gagang pintu yang bergerak dengan perasaan berkecamuk campur aduk, entah pintu kamar atau pintu depan.  Dengan bentuk gagang pintu yang bulat atau lonjong berputar bolah-balik diiringi suara musik mencekam atau kilat, adegan ini bisa makin serem dan dramatis. 



2. Kursi Goyang

Kursi goyang yang bergoyang sendiri. Kursi goyang yang bergoyang sendiri tanpa ada yang terlihat menduduki memang salahsatu item yang sering banget muncul di tontonan-tontonan yang berbau horror untuk menunjukkan keberadaan hantu. Yang namanya kursi goyang memang diciptakan buat digoyang-goyang. Cuman kalau goyang sendiri, tetep aja serem. Selain kursi goyang, ada juga benda lain yang juga sering ditampilkan bergoyang sendiri seperti ayunan dan mainan kuda-kudaan yang masih setipe sama kursi goyang karena sama-sama goyang. 


3. Bayangan di kaca
Nggak nemu adegannya, jadi ngambil ilustrasi dari sini ._.v
 Ini nih yang paling kebayang-bayang dan bikin jadi takut ngelihat cermin, apalagi di kamar mandi. Waktu lagi ngaca, tiba-tiba ada sesuatu di belakang. Tapi pas ditengok malah ilang.

4. Anak kecilnya kayak gini


Bocah kecil lewat, lari-larian atau kayak main petak umpet, biasanya diiringi musik. Musiknya sendiri bisa berasal dari mainan anak-anak atau pemutar musik. Sebenernya musiknya nggak selalu serem, cuman karena ada adegan anak kecil  lewat dan efek-efek suara lainnya jadi muncul kesan serem. Bisa dibayangkan kalau anak kecilnya bukan manusia.





Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2