Dulu ketika saya masih kecil, alam dan semesta bersahabat baik. Mereka selalu dipersatukan dalam satu rangkaian kata. Dimana ada alam, disitu pula ada semesta. Alam semesta. Dimana ada semesta, alam juga ada di sebelahnya. Semesta alam. Setidaknya begitulah yang sering saya dengarkan dalam lagu-lagu rohani yang sering dilagukan ketika saya masih kanak-kanak, masih polos, belum kenal pisuhan dan belum banyak berbuat dosa. mengenal dosa.
Sekarang saya rasa hubungan alam dan semesta semakin renggang. Saya sering menemukan semesta berdiam sendirian tanpa alam di sisinya. Sementara alam... entah alam ada dimana. Alam makin jarang terlihat. Mungkin kalah populer dengan semesta yang kian mencuat. Terakhir saya dengar alam jadi penyanyi dangdut. Mungkin sekarang malah sudah jadi dukun yang mengobati pasien dengan cara disembur.
Mungkin memang saya yang baru sadar kalau alam dan semesta tidak sedekat yang saya pikirkan sebelumnya. Mungkin karena saya barubisa membaca sadar kalau semesta lebih punya banyak teman, atau lebih senang sendirian.
Mungkin memang saya yang baru sadar kalau alam dan semesta tidak sedekat yang saya pikirkan sebelumnya. Mungkin karena saya baru
Comments
Post a Comment