Skip to main content

Daftar Putar

Ketika kamu tidak bisa menemukan lagu yang sesuai dengan suasana hatimu, cobalah streamingan...

Di antara keseloan yang benar-benar selo hingga saking selonya saya sempat-sempatnya khawatir apabila segala keseloan ini hanyalah keseloan semu, saya memutuskan untuk streamingan. Mendengarkan lagu-lagu dari berbagai jaman yang dirikues oleh siapa saja sehingga terciptalah daftar putar yang bisa jadi serba random. Mulai dari lagu-lagu yang sempat popular ketika saya masih sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, sampai lagu-lagu yang memang akhir-akhir ini sering saya putar dengan alasan. Iya. Alasan, karena terkadang saya punya kriteria terselubung dalam daftar putar yang saya mainkan. Dan beberapa hari lalu saya mendapat pencerahan (atau mungkin peredupan? pemburaman? entah apa kebalikan dari pencerahan) untuk mengubah sederetan lagu yang sudah terlanjur lekat di telinga saya.  Saya sedang bereksperimen, apakah saya akan merindukan mereka (lagu-lagu daftar putar saya yang sebelumnya) . Makin jarang ketemu, makin kangen kan, katanya?
Maka dari itu, saya sering streamingan  . Saya mencoba move on dari daftar putar saya yang lama. Kalau memang saya kangen dengan mereka, ya saya balik lagi dengerin mereka. Kalaupun tidak, saya bisa jadi menemukan lagu lama , sekalian nostalgia. Karena daftar putar bisa jadi adalah curahan perasaan.



Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2