Skip to main content

Cocaffeine

I call it cocaffeine, dear. A kind of mix between joy and brain...*not literally*

Pagi ini ketika membuka membuka lemari pendingin, saya menemukan tiga macam minuman yang tentunya sudah dingin juga. Tiga minuman ini adalah cocacola yang (sepertinya) dibeli sabtu lalu, kopi kental tanpa gula yang (sepertinya) saya buat kemarin, dan sebotol kecil brem bali yang saya beli tidak sampai setahun yang lalu. Kebetulan warna ketiga minuman ini mirip-mirip. Sama-sama coklat tua kehitaman.

Pagi ini, sedikit lebih siang dari pagi yang tadi, saya pertemukan cocacola dan kopi tanpa takaran yang pasti ke dalam gelas yang sama. Iseng saja, toh kopi soda terdengar tidak berbahaya. Ternyata rasanya lumayan. Seperti paduan semangat ditambah semangat lainnya dalam versi yang berbeda. Cocacola yang mengusung kata semangat dalam taglinenya dan kopi yang memang tercipta untuk membantu manusia  untuk lebih semangat  membuka mata. Membuka mata disambi nugas misalnya. Btw, kalo boleh curhat, tugas saya belum kelar.Sekian.

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. Tapi, toh

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

#ReformasiDikorupsi, #GejayanMemanggil, dan Sebagian Postingan yang Tidak Relevan

Gejayan Memanggil 2