Skip to main content

Melengkapi Masa Lalu

Manusia mana sih yang nggak bisa lepas dari masa lalu?? Entah masa lalu kamu suram, buram, kelam, padam, atau temaram, sedikit banyak pasti ada sisa-sisa cerita lama yang terekam dalam memorimu. Kalau kata orang sih, susah lepas dari bayang-bayang masa lalu berarti kamu nggak bisa move on. Tapi, kalo peristiwa yang udah lewat memang pantas buat dikenang, apa salahnya? Coba deh inget masa kecil kamu yang bahagia dulu,-buat anak 90'an sih ini  :)- dimana tiap hari kamu bisa nonton kartun sampe lupa belajar, tapi pelajaran di sekolah masih tetep bisa lancar dan nggak ambyar?? See?? How sweet ... Kalo memorinya kayak gini, kenapa musti dilupakan?? :p

Bicara soal kartun/anime, akhir-akhir ini saya sedang suka nonton anime lawas yang dulu sempet ngehits jaman masih pake seragam putih-merah. Meski anime tersebut sudah di remake sedemikian rupa sehingga secara visual  lebih baik dari versi sebelumnya -yang saya tonton ketika SD-, tapi anime tersebut tetap meninggalkan kesan di benak saya. Seperti kebanyakan anime Jepang lainnya, anime yang sedang saya ikuti ini mengajarkan banyak hal tentang persahabatan yang entah masih ada atau tidak dalam kehidupan nyata sekarang ini. Lagipula, saya juga sudah sedikit lupa jalan cerita dan ending anime ini. Menontonnya kembali -meski berbeda versi- bagi saya semacam mengumpulkan kepingan masa lalu yang terlewatkan dan belum sempat tersimpan secara utuh dalam memori. Sebut saja hutang di masa lalu.  Dan, anime tersebut adalah .....






Hunter X Hunter

Saya mulai kembali mengikuti ( atau menonton kembali) anime ini sekitar pertengahan tahun 2013. Ketika itu saya ngeluyur ke rumah salah seorang teman SD untuk mengurus hal yang sudah seharusnya diurus. Karena urusan kami sudah lumayan lebih terurus, maka kami tukar-tukaran film dari laptop masing-masing. Kebetulan teman saya ini punya adik laki-laki dan laptop teman saya memang digunakan bersama dengan adiknya/ Nah,  beberapa film yang ada memang dikumpulkan oleh si adik. Singkatnya, anime Hunter X Hunter ini merupakan koleksi si adik tadi. Jujur, saya cukup bahagia karena masih ada anak yang menyukai tontonan semacam itu -anime Jepang- diantara acara anak-anak masa kini yang semakin ambyar dan entah masih ada atau tidak. Saya sempat prihatin dan kasihan dengan masa kecil anak jaman sekarang yang tidak sebahagia saya dulu ketika masih banyak tontonan yang -bagi saya- lebih bermutu dan mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan dan persahabatan. Saya memang bukan orang yang paham betul tentang anime. Saya bukan penggila, hanya sekadar penikmat. Dan entah kenapa, Hunter X Hunter ini bisa membuat saya tertarik untuk kembali mengikuti. Mungkin masalah hutang masa lalu itu tadi. Saya penasaran dengan akhir ceritanya.
Anyway, Hunter X Hunter ini adalah versi 2011. Karena memang saya tidak fasih bahasa Jepang, saya biasa download yang sudah disertai dengan terjemahan di sini. Sering-sering cek aja kalo selo .Kalau tidak salah, episode baru biasa keluar sekitar seminggu sekali. Bukan niat promosi sih, ini. Cuman sekedar pengen share . Siapa tahu ada juga yang ingin mengumpulkan potongan memori masa lalu kecil seperti saya. Selamat melengkapi masa lalu. :)

Adios~


#update!!
Buat liat anime-anime lain yang udah ada subtitle Indonesianya, sila cek di sini ya~~
Dan, lagi-lagi.. selamat melengkapi masa lalu/ menikmati tontonan baru :)

*buat yang punya web, ijin share ya btw *

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

Pepe

Sore tadi, demi mengerjakan tugas, saya pergi ke kantor pos pusat di kawasan malioboro bersama wiwin, revul, dan azan. Niat awal kami memang untuk melengkapi tugas, tapi sayang customer service nya tutup jam tiga sore, dan kami baru tiba sekitar jam empat. Karena memang tidak mau rugi sudah sampai di sekitaran malioboro, kami memutuskan untuk jalan-jalan. Pada mulanya kami bingung mau kemana, tapi kemudian kami memutuskan untuk pergi ke mirota batik.  Di perjalanan, tepatnya di daerah sekitar benteng vredeburg, kami menemukan banyak pedagang yang menggelar lapaknya di trotoar. Kebanyakan merupakan ibu-ibu penjual sate limaribuan. Beberapa saat kemudian ada orang yang berkata bahwa ada satpol pp. Beberapa pedagang buru-buru membereskan dagangannya. Saya mencari petugas yang dimaksud, namun saya tidak bisa menemukannya. Jadilah kami melanjutkan perjalanan ke mirota. Sepulang dari mirota batik, kami kembali melewati jalan yang sama dan mampir untuk membeli wedang ronde. Kali ini ...