Skip to main content

7 Tempat Nongkrong Jogja yang Tetap Buka sebelum Waktu Berbuka

Samlekhomm~
Masih pada lancar puasanya? Yang nggak puasa, gimana? Nggak pada jajan sembarangan, kan?
Well, sebagai salah seorang oknum warga negara Indonesia yang sejak lahir tidak diwajibkan untuk berpuasa, belakangan saya sering kesulitan cari tempat nongkrong di Jogja. Yha, mau bagaimana lagi. Pergeseran jam operasional tentu merupakan hal yang wajar di bulan  yang konon kabarnya penuh barokah, ini. Sayangnya, jam operasional otak dan perut saya nggak bisa serta-merta ikut-ikutan geser. Waktu sahur aja saya hampir nggak pernah kebangun. Hehe.  Sementara itu, siang-siang perut saya juga sering keroncongan sembarangan, Kalau sudah begini, saya tentu cari tempat yang bisa memenuhi kebutuhan saya tersebut. Kebutuhan apa? Kebutuhan akan tempat nongkrong, tentunya. Yang jelas, tempatnya harus tidak terlalu terekspos khalayak ramai sehingga saya tidak memicu anak SD yang lagi belajar puasa dan lewat di sembarang jalan. Berdasarkan penelusuran langsung yang saya lakukan semenjak hari pertama puasa kemarin, berikut saya rangkumkan 7 tempat nongkrong di Jogja yang bisa dikunjungi pada siang hari di bulan puasa. Jangan nuntut foto, yha. Nanti kalo ada anak SD yang googling, lantas nyasar di blog saya yang embuh ini, lantas tergoda untuk batal puasa, saya yang disalahkan karena nggak bisa kontrol konten. Hehe.

1.Surelie Bakehouse
Saya pertama kali nongkrong di Surelie ketika pada hari pertama bulan puasa. Kala itu, saya secara serampangan dan tidak tahu diri mengendarai skuter matic saya untuk menuju ke sebuah tongkrongan langganan demi mencari asupan kafein. Sampai di lokasi, ternyata tempatnya baru buka jam 3 sore, padahal saat isu masih jam 2. Akhirnya, saya memutuskan untuk berkelana, berputar-putar kawasan seturan dan sekitarnya demi mencari tongkrongan yang asik dan memiliki fasilitas Wi-Fi. Saya sempat dengar bahwa Surelie lumayan asyik buat nongkrong dan memutuskan untuk gambling (seperti biasa) dan meluncur ke bakehouse yang terletak di kawasan Ruko Babarsari ini. Paling tidak, espressonya masih ramah di lidah dan lambung saya yang suka bawel sama kopi dan suka susah ngopi sembarangan.
2. Peacock Coffee Palagan
Sebagai pejuang jarak yang sangat sering melintasi kawasan ini, Peacock bisa dibilang bukan tongkrongan baru bagi saya. Tempatnya cocok buat mahasiswa akhir atau mahasiswa yang nggak akhir-akhir banget tapi butuh tempat buat nugas. Untuk harga, semua minuman 25k dan makanan sekitar 22k, kalau tidak salah. Saya biasanya beli minuman yang latte based gitu. Oiya, cafe ini buka 24 jam, dan alhamdulillah selama bulan puasa masih 24 jam.

3. Warung Kopi Semesta
Dari palagan, kita meluncur ke Semesta. Terletak di kawasan Abubakar Ali, warkop yang biasa buka 24 jam ini juga tetap buka selama 24 jam. Sepertinya sih begitu, meski waktu ke sana saya tiba agak sorean. Hehehe.

4.Kopi Ketjil
Pada suatu hari, saya benar-benar butuh asupan kafein. Seperti yang sudah saya bilang, mulut, perut, dan lambung saya sering rewel kalau sembarangan minum kopi. Kebetulan, ada adek angkatan yang jadi barista di Kopi Ketjil. Yasudah, saya tanyakan saja bukanya jam berapa. Ternyata, sekitar jam satuan. Demi lambung saya yang rewel dan suka memicu muntah sembarangan ini, akhirnya saya meluncur ke kedai kopi mungil yang terletak di kawasan Demangan Baru, tepatnya di sebelah SMA yang tidak akan menerima saya kalau saya coba mendaftar, itu.

5.Dixie
Jujur, bulan puasa ini adalah kali pertama saya nongkrong sendirian ke Dixie. Yha, mau bagaimana? Dixie terkesan lebih asyik buar nongkrong ramean. Akantetapi, karena bulan puasa, jadi saya rasa tidak akan seramai bulan-bulan konvensional. Kata yang jaga parkir, Dixie yang terletak di kawasan Jalan Gejayan ini buka dari jam 12 siang.

6. Raminten
Siapa  sih yang nggak tahu Raminten?? Ini sebenernya tongkrongan dari jaman SMA. Kebetulan SMA saya terletak di kawasan Kotabaru, jadi kalo mau ke Raminten tinggal cuss ajasih.

7.Mooi Kitchen
Pada mulanya, saya pengen nongkrong di sebelahnya (sama-sama tongkrongan yang terletak di kawasan YAP Square). Tapi, kok sepertinya keliatan jelas gitu dari luar kalo sama minum atau makan. Saya nggak mau jadi bahan nyinyiran netizen di sosial media, dong, yha. Nanti kalo saya jadi hits, kan repot. Jadi, saya mencoba ke Mooi kitchen yang setahu saya ada lantai duanya. Saya lama nggak ke situ, soalnya saya denger lantai atas masih renov. Ternyata, masih renov beneran. Tapi, karena beberapa pertimbangan *uhukk*, saya boleh di lantai atas, meski masih berantakan. Saya sih nggak masalah sama yang berantakan. Lha, wong hidup saya juga (pernah) berantakan. Ehehehe.. Btw, orang-orangnya baik banget. Saking baiknya, saya jadi nggak enak. Dapet kupon diskon, pula. Ehehehe... Kata embaknya, Mooi Kitchen buka dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam.


Oiya, sebenernya masih ada tempat-tempat lain di Jogja yang buka sebelum waktu berbuka puasa. Saya cuma berterima kasih ajasih, masih ada yang ikhlas memenuhi kebutuhan nongkrong saya yang suka seenaknya sendiri ini. Sengaja tidak terlalu saya jabarkan secara detail, soalnya postingan ini bukan promosi. Tempat-tempat yang saya share ini bisa jadi pertimbangan, soalnya lokasinya tidak terlalu terekspose dari luar. Jadi, biar sama-sama enak, gitu. Katanya kasian sama anak SD yang masih belajar puasa? Ehehehe~~

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

Pepe

Sore tadi, demi mengerjakan tugas, saya pergi ke kantor pos pusat di kawasan malioboro bersama wiwin, revul, dan azan. Niat awal kami memang untuk melengkapi tugas, tapi sayang customer service nya tutup jam tiga sore, dan kami baru tiba sekitar jam empat. Karena memang tidak mau rugi sudah sampai di sekitaran malioboro, kami memutuskan untuk jalan-jalan. Pada mulanya kami bingung mau kemana, tapi kemudian kami memutuskan untuk pergi ke mirota batik.  Di perjalanan, tepatnya di daerah sekitar benteng vredeburg, kami menemukan banyak pedagang yang menggelar lapaknya di trotoar. Kebanyakan merupakan ibu-ibu penjual sate limaribuan. Beberapa saat kemudian ada orang yang berkata bahwa ada satpol pp. Beberapa pedagang buru-buru membereskan dagangannya. Saya mencari petugas yang dimaksud, namun saya tidak bisa menemukannya. Jadilah kami melanjutkan perjalanan ke mirota. Sepulang dari mirota batik, kami kembali melewati jalan yang sama dan mampir untuk membeli wedang ronde. Kali ini ...