Skip to main content

Weekend Berfaedah : Workshop #LifeGoalsFashion bersama Erni Kurniawati

Selamat lewat tengah malam!
Entah sudah sekian abad saya tidak mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan berfaedah ala saya. Berfaedah buat siapa? Buat diri saya sendiri, mungkin. Ehehehe. Intinya, saya sempat mutung dengan dunia tulis-menulis bukan edit-mengedit lho, yha.  Saya lantas memutuskan untuk leren sejenak menulis di blog saya yang sudah mulai jamuran ini. Istilah kerennya hiatus , gitu. Hasrat ingin sambat-sambat puitis lantas saya alihkan ke sosial media. Bikin kepsyen multitafsir yang bikin bingung gitu. 
Mumpung weekend, saya ingin sedikit berbagi mengenai kerandoman yang saya alami pada hari Minggu (13/11) lalu. Jadi, ceritanya, belakangan ini saya memang tengah dipaksa berdamai dengan jam malam. Padahal, otak saya cenderung nokturnal. Suka ngerasa kurang bisa produktif pada working our manusia-manusia normal kebanyakan. Tapi, namanya juga manusia bebal nokturnal. Sabtu malam saya pulang relatif kemalaman dan berakhir dengan obrolan panjang usai tiba di alamat yang tertera pada kartu tanda penduduk dalam dompet saya. Sudah pulang malam, diajak ngobrol macam-macam pula. Hngg... Alhasil saya baru masuk kamar menjelang tengah malam dengan kondisi capek karena diwajibkan menjadi pendengar. Padahal, paginya kudu banget ikut rutinitas wajib yang diwariskan ibadah.
Lewat tengah malam, tepatnya lewat pukul satu dini hari, hanya selisih 23 menit dari waktu ketika saya menuliskan angka 23 pertama dalam kalimat ini, saya menerima sebuah pesan via wassap dari salah seorang teman kuliyah yang entah sudah sekian dekade tidak saya temui. Teman kuliyah yang bernama Erny Kurniawati ini rupa-rupanya menawari saya untuk hadir dalam workshop yang memang sempat ingin saya ikuti. Kebetulan, teman saya yang juga adalah seorang mba-mba ahensi ini menjadi salah seorang pembicara dalam workshop yang bertempat di Lippo Mall tersebut. Sialnya, saya sudah keburu tidur dan baru membaca pesannya menjelang jam lima pagi. Edunn~~ Padahal ibadahnya jam 6 pagi. Saya yang jelas kepengen ikutan workshop itu tadi langsung membalas pesan Erny dengan membabibuta, namun tak kunjung direspon. Intinya, saya bisa datang asalkan acaranya tak sampai jam dua siang. Sebagai sosok oportunis yang tidak mau rugi, meski Erny belum merespon, saya membujuk orangtua saya untuk ngedrop saya di Lippo Mall usai sarapan sehabis ibadah. Kapan lagi bisa ikutan seminar begituan? Diajak langsung sama pembicaranya pula.
Singkat cerita, bujuk-rayu saya berhasil. Dengan dalih workshop tersebut gratis dan berfaedah bagi masa depan umat manusia macam saya, meluncurlah kami (saya, isterinya bapak, dan suaminya ibu) ke Lippo Mall yang ternyata masih belum buka. Hngg. Yasudah. Daripada saya kudu bolak-balik rumah bawa motor sendiri. Karena sebelum-sebelumnya keseringan hengot, saya kudu hemat, kan? Untungnya, saya juga sudah mempersiapkan bahan bacaan demi membunuh waktu. Ehe. Hehehe..
Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya saya bertemu dengan Erny. Saya baru tahu kalau untuk workshop sesi ini seharusnya para peserta membawa kamera. Hngg... Ya sudah, sih. Kamera kesayangan saya sedang diservis ini. Fyi, workshop ini sebenarnya dibagi menjadi beberapa sesi dan menghadirkan pembicara dari ranah yang berbeda tiap minggunya. Sebagai anak ahensi, Erny didaulat untuk mengisi materi mengenai foto produk. Untungnya, saya bertemu dengan Izki, teman sejurusan dan seangkatan yang rupanya memang sudah mengikuti workshop episode-episode sebelumnya. Jadi bisa gantian pakai kameranya,meski saya masih kagok mengoperasikan kamera mirrorless milik Izki. Namanya juga workshop. Idealnya memang ada praktik, gitu kan?
Dilansir dari ernykurnia.com, materi yang disampaikan Erny kurang lebih mengenai Fashion Blog dan Foto Produk untuk blog dan media sosial berdasar sudut pandang Social Media Strategist. Karena membahas mengenai fashion, para peserta lantas harus menjadi model dadakan secara bergantian. Hehehe. Kebetulan saya tiap ibadah memang pakai dress, sih. *macak embak-embak fashionista*. 



Anyway, thanks Erny, buat kesempatannya ikutan workshop #LifeGoalsFashion  ini~
Semoga kian berfaedah dan menginspirasi khalayak ramai :)

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan Tentang (Kedai) Kopi Yang Coba Saya Jawab Sendiri

Smile coffee and tea Beberapa juta tahun cahaya yang lalu, saya sempat menulis mengenai enam pertimbangan dalam memilih tempat untuk nongkrong . Belakangan saya sadar, sebagian besar tongkrongan saya adalah kedai kopi, atau paling tidak menyediakan kopi dalam daftar menunya. Saya sadar, belakangan kedai kopi di Jogja kian menjamur seperti tugas akhir yang saya biarkan menganggur ketika menulis postingan ini. Sebelumnya, saya ingin meluruskan bahwa saya bukanlah seorang coffee snob  , pendekar, atau apapun itu yang paham fafifu soal perkopian. Hamba sekadar mahasiswa yang butuh ruang yang nyaman untuk bersosialisasi maupun berindividualisasi. Sebagai seorang yang bukan ekstrovert dan nggak introvert-introvert amat, kedai kopi adalah tempat yang sesuai bagi saya untuk sekadar mojok dewean, menulis sesuatu, atau iseng baca webtoon dan yutuban.  Sejujurnya saya merasa postingan ini agak tolol. Kalau mau, bisa saja saya wawancara orang yang betul-betul paham soal kopi. ...

Pertemuan dan Perjumpaan

Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan.  Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan,  Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri.  Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.

Pepe

Sore tadi, demi mengerjakan tugas, saya pergi ke kantor pos pusat di kawasan malioboro bersama wiwin, revul, dan azan. Niat awal kami memang untuk melengkapi tugas, tapi sayang customer service nya tutup jam tiga sore, dan kami baru tiba sekitar jam empat. Karena memang tidak mau rugi sudah sampai di sekitaran malioboro, kami memutuskan untuk jalan-jalan. Pada mulanya kami bingung mau kemana, tapi kemudian kami memutuskan untuk pergi ke mirota batik.  Di perjalanan, tepatnya di daerah sekitar benteng vredeburg, kami menemukan banyak pedagang yang menggelar lapaknya di trotoar. Kebanyakan merupakan ibu-ibu penjual sate limaribuan. Beberapa saat kemudian ada orang yang berkata bahwa ada satpol pp. Beberapa pedagang buru-buru membereskan dagangannya. Saya mencari petugas yang dimaksud, namun saya tidak bisa menemukannya. Jadilah kami melanjutkan perjalanan ke mirota. Sepulang dari mirota batik, kami kembali melewati jalan yang sama dan mampir untuk membeli wedang ronde. Kali ini ...