“Hari ini aku harus mengerjakan skripsi,” tekadku, berbicara
pada diriku sendiri sembari menyambar handuk, meluncur ke kamar mandi demi
mempersiapkan diri. Bergayung-gayung air terguyur, dari ujung rambut hingga
membasahi jemari kaki manakala aku memikirkan tempat asik untuk mengerjakan
skripsi hari ini. Hmmm... Kofisyop ‘terdekat’?
Kafein yang mereka sajikan kurang ciamik. Aku butuh kafein baik-baik agar
perutku tidak mual atau melilit. Kedai Kopi ‘Nganu' ? Tapi... Baru buka agak sore. Padahal aku sudah bangun lebih pagi dari biasanya. Haruskah aku mengerjakan di perpustakaan? Tapi, aku malas berpakaian rapi. Lagipula, belakangan sering hujan sehingga sepatu-sepatu layak pakai yang kupunya menjadi basah. Tunggu dulu, aku bahkan belum selesai mandi, belum berpakaian. Kucing-kucingku pun belum kuberi makan. Harusnya aku mandi belakangan. Arrghhh... Sudah jam berapa ini?
Entah kenapa aku merasakan perbedaan antara pertemuan dan perjumpaan. Rasaku bilang: pertemuan menyiratkan sebuah perjanjian, kesepakatan. Pertemuan sarat akan unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk intimasi serta kepentingan turut terlibat, erat dan mengikat. Rasaku berucap: perjumpaan merupakan pertemuan yang tak direncanakan. Perjumpaan lebih mengatasnamakan takdir, ketidak sengajaan, Tolong, jangan mintan penjelasan kenapa rasaku tak bisa menyamakan antara pertemuan dan perjumpaan. Aku bukan anak linguistik, atau manusia yang sehari-hari bergelut dengan ketatabahasaan. Rasaku memiliki logika dan nalarnya sendiri. Jangan pula tanyakan tentang perpisahan, karena kali ini aku sekadar ingin membahas perjumpaan dan pertemuan. Jalan Kaliurang, 21 Maret 2016 Mengutuki hujan yang menderas di luaran. * edited soon, perhaps.
Comments
Post a Comment