“Hari ini aku harus mengerjakan skripsi,” tekadku, berbicara
pada diriku sendiri sembari menyambar handuk, meluncur ke kamar mandi demi
mempersiapkan diri. Bergayung-gayung air terguyur, dari ujung rambut hingga
membasahi jemari kaki manakala aku memikirkan tempat asik untuk mengerjakan
skripsi hari ini. Hmmm... Kofisyop ‘terdekat’?
Kafein yang mereka sajikan kurang ciamik. Aku butuh kafein baik-baik agar
perutku tidak mual atau melilit. Kedai Kopi ‘Nganu' ? Tapi... Baru buka agak sore. Padahal aku sudah bangun lebih pagi dari biasanya. Haruskah aku mengerjakan di perpustakaan? Tapi, aku malas berpakaian rapi. Lagipula, belakangan sering hujan sehingga sepatu-sepatu layak pakai yang kupunya menjadi basah. Tunggu dulu, aku bahkan belum selesai mandi, belum berpakaian. Kucing-kucingku pun belum kuberi makan. Harusnya aku mandi belakangan. Arrghhh... Sudah jam berapa ini?
Photo by Gabor Monori on Unsplash Semenjak masih bocah, kita semua tentu sepaham bahwa kebutuhan pokok sebagai manusia terdiri dari tiga hal: sandang, papan, serta pangan. Namun demikian, ada satu hal yang tak kalah esensial untuk dikategorikan sebagai kebutuhan, yakni: buang hajat! Agar lebih enak diucapkan, saya lebih memilih untuk merangkum kebutuhan pokok plus-plus ini sebagai : sandang, papan, pangan, dan jamban. Biar apa? Biar enak dibaca saja, begitu. Sebetulnya, dalam istilah biologi, pengeluaran atau pembuangan ampas hasil metabolisme tubuh lebih sesuai apabila disebut ekskresi. Ekskresi sendiri bukan melulu merujuk pada buang air besar atau buang air kecil saja, melainkan juga pembuangan zat-zat seperti karbon dioksida, urea, racun, dan sebagainya. Zat-zat ini memang dapat ditemui pada feses maupun urin yang senantiasa kita keluarkan dengan penuh kelegaan itu. Baik feses (alias tokai) maupun urin (alias pipis) tentu perlu dikeluarkan di tempat y...
Comments
Post a Comment