Besok adalah kali pertama bagiku untuk menjajakan rumah. Yang kujajakan bukanlah sembarang rumah, melainkan rumah masa depan. Tak jauh berbeda dengan rumah-rumah mewah yang ditawarkan di televisi oleh presenter acara gosip, rumah yang kutawarkan sama-sama belum mempunyai bentuk fisik. Yang kami jual adalah rencana, berikut suasana-suasana buatan yang tercakup di dalamnya. Kami menawarkan rumah masa depan.
Sejujurnya aku sedikit gugup mengenai hari pertamaku menjajakan rumah. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan simulasi dengan isteriku. Memperkirakan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya akan muncul dari calon pembeli. Paling tidak agar aku tak tampak dungu di hadapan calon pembeli esok hari.
"Apa saja keunggulan rumah yang bapak tawarkan?"
"Rumah ini berada di kawasan yang tenang dan asri. lengkap dengan rimbunan pohon-pohon peneduh. Lokasinya juga terbilang mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi. Selain itu, ada juga fasilitas umum berupa panggung terbuka yang dapat dimanfaatkan tanpa biaya tambahan," cerocosku, berupaya terdengar yakin.
"Bisa dicicil berapa lama,pak?"
"Itu bisa disesuaikan dengan kemampuan, bu."
"Bagaimana kalau saya tidak mampu melunasinya?"
Aku tidak tahu lagi harus menjawab apa. Sepertinya aku butuh simulasi kedua.
Comments
Post a Comment