Sumber: tahilalats |
“Ta, elo kenapa?” tanyamu ketika bertemu Alerta di lorong
fakultas. Ia berjalan tertatih-tatih dengan ekspresi wajah menahan perih.
“Gue habis bungee
jumping sama trotoar,” seloroh Alerta sambil meringis.
“Yaelah, seriusan. Itu kaki kenapa bonyok begitu? Kena begal
lagi? Siang siang begini?,” semburmu.
“Tadi ngerem di tikungan, gara-gara ada ibu-ibu belok
sembarangan. Lagian, kasih tanda belok kiri, taunya lurus-lurus aja.”
“Elo yang nabrak, atau ibu-ibunya?”
“Gue yang hampir nabrak, tapi berhasil menghindar. Malah
kena trotoar...”
“Terus, ibu-ibunya?”
“Ya... Sempat berhenti sebentar. Malah gue yang diomelin
duluan. Apa salah hamba?”
“Demi... Tapi memang kadang-kadang siapa yang berani ngomel
duluan, justru yang bakal menang.”
“Masalahnya, gue jadi inget nyokap. Doi pernah bilang kalau
gue ngedumel liat ibu-ibu bawa motor sembarangan. Dikata kita lahir dari
bongkahan batu, macam kera sakti, gitu?”
“Tapi, elo sadar nggak kalo... kita bakalan jadi ibu-ibu juga?"
Comments
Post a Comment